Sabtu, 24 Januari 2009

Kumpulan Askep: ENDOCARDITIS

Kumpulan Askep: ENDOCARDITIS




Selengkapnya....

Jumat, 23 Januari 2009

Dibalik Nikmatnya Sebatang Rokok


Seringkali kita melihat orang-orang di berbagai tempat dan berbagai penjuru negeri ini begitu asyiknya menghisap dan menikmati rokok. Bahkan seringkali terlihat bukan hanya orang-orang dewasa saja melainkan juga anak-anak dan remaja yang tampak begitu asyik dan bangganya dengan rokok dalam genggaman jemari mereka. Memang benar bahwa rokok sampai saaat ini masih menjadi dilema pemerintah dan dilema sosil kemasyarakatan. Disatu sisi rokok dengan berbagai industrinya yang bersifat massal dan menyerap banyak tenaga kerja sangatlah membantu pemerintah dalam mengentaskan angka pengangguran sementara disisi lain rokok dengan berbagai bahayanya menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah dalam menanggulanginya.

Seirama dengan dilema yang dihadapi pemerintah, demikian pula dalam tata kehidupan di masyarakat dimana rokok telah mensugesti banyak orang dengan dalih meningkatkan ide dan semangat kerja dan berkarya disatu sisi dan meninggalkan persoalan lain berupa tingginya beban pengeluaran keuangan dan dampak social lain terutama pada lingkup pergaulan anak dan remaja.
Dalam konteks tulisan ini, saya tidaklah akan membahas berbagai permasalahan pemerintah maupun kemasyarakatan yang ada terkait rokok, karena memang hal itu bukanlah bidang saya. Kali ini saya akan sedikit mengupas sesuatu yang terkandung dalam kenikmatan sebatang rokok.
Rokok termasuk zat adiktif karena menimbulkan ketagihan dan ketergantungan. Rokok terbuat dari bahan utama tembakau dengan beberapa kandungan tambahan seperti kertas, plastik, cengkeh, aroma, penambah rasa dan berbagai zat lainnya sebagai pengawet. Adanya berbagai zat,unsur dan bahan –bahan dalam sebatang rokok ini tentunya mempunyai berbagai efek baik yang bernilai positif maupun bernilai negative bagi para penghisapnya.
Berbagai zat yang terkandung dalam sebatang rokok ini marilah kita kupas satu-persatu. Zat yang sudah lazim dikenal oleh masyarakat dari sebatang rokok adalah Nikotin. Zat ini merupakan senyawa kimia yang terlarut dalam darah, zat ini akan memberikan efek ketergantungan terhadap tubuh baik secara fisik maupun psikologis sehingga yang bersangkutan akan merasa tidak nyaman bila belum menghisapnya.
Zat lainnya yang juga sudah banyak dikenal adalah Tar, yaitu senyawa karbon kompleks yang mempengaruhi metabolisme sel pemacu kanker. Karbon monoksida, mrupakan zat lain yang terkandung dalam rokok yaitu zat yang mempunyai daya rekat dengan butir darah merah lebih besar dari oksigen, apabila konsentrasinya tinggi. Hydrogen syanida juga dapat kita temukan dalam rokok, zat ini adalah senyawa racun dimana dalam konsentrasi rendah dapat membunuh manusia.
Ada banyak lagi berbagai zat yang dapat kita temukan dalam sebatang rokok seperti Aceton yang pada dasarnya merupakan pelarut kimia untuk cat kuku, cat kapal, fiberglass, dll. Dalam tubuh manusia, zat ini mempunyai efek dalam merusak sel. Toluiding, Zat kimia yang digunakan dalam industri cat, plastik, dan lain lain. Ada juga Amonia yaitu kimia pelarut dan industri dimana dalam tubuh manusia dengan konsentrasi tinggi akan dapat menyebabkan kematian.
Urethane dan toluene merupakan zat yang digunakan pada industri untuk pelarut dan fiberglass polyurethane, zat inipun seringkali kita temukan dalam sebatang rokok, dapat kita bayangkan bagaimana jadinya tubuh kita bila mengkonsumsi kedua zat ini.
Selain itu masih banyak lagi zat-zat yang dapat kita temukan dalam sebatang rokok yang memiliki efek merusak bagi tubuh diantaranya : Methanol zat ini dapat meracuni syaraf pada mata, Pyrene yang merupakan senyawa kimia berbahaya terhadap pembuluh darah, Napthale biasa di gunakan sebagai bahan dasar kapur barus. Zat lainnya lagi seperti Cadmium , Senyawa untuk pembuatan accu, Vinil chloride Senyawa plastic, Arsenil yang merupakan racun terhadap sel dan popular dalam kasus terbunuhnya Aktivis HAM Moenir. Phenol Merupakan zat yang bersifat iritan terhadap sel, DDT yang biasa digunakan sebagai racun untuk nyamuk, dan unsur-unsur lainnya.
Dengan badanya berbagai zat yang terkandung dalam sebatang rokok tersebut, menjadikan rokok sebagai salah satu monster pembunuh yang banyak memakan korban…… namun banyak yang tidak menyadarinya. Hal ini dikarenakan rokok tidaklah seperti pembunuh yang sebenarnya dimana dengan sebilah senjata dan langsung menyebabkan kematian, namun rokok membunuh dengan melalui sebuah proses. Lalu seperti apa sih proses ataupun bahaya yang dapat ditimbulkan oleh rokok terhadap tubuh manusia ?
Marilah kembali kita sisiri satu persatu. Rokok dapat menyebabkan gagangguan fungsi normal pada Otak, Jantung, fungsi Sexual. Selain itu pada rokok berpengaruh pula pada Kulit dan otot dimana kulit cepat tua bahkan menghitam. Pada paru-paru dan tenggorokan dapat menimbulkan resiko kanker, dalam Saluran cerna dapat menyebabkan Ulkus peptikum, spasme otot, dan kronis ulserasi. Resiko lainnya dari sebatang rokok adalah pada Kelenjar ludah perut pancreas.
Stroke,resiko hipertensi, darah rusak, pembuluh darah rapuh dan menutup/ tersumbat juga merupakan salah satu ancaman yang ditimbulkan oleh sebatang rokok. Batuk karena iritasi dan keringnya tenggorokan akibat asap dan zat kimia lainnya merupakan salah satu efek negative yang biasanya dapat dirasakan dalam jangka waktu relative pendek oleh para penghisap rokok.
Demikianlah apa yang terkandung dalam sebatang rokok yang kecil, mungil, dan imut-imut itu ternyata demikian hebatnya pengaruh yang dapat diakibatkan terhadap tubuh kita. Jadi… Kenalilah dahulu ROKOK Sebelum kita menghisapnya.

Selengkapnya....

Sabtu, 17 Januari 2009

Correlation Between Nurses’ Work Motivation and Nurses’ Work Satisfaction in The Inpatient Ward of BRSUD Kabupaten Batang

Work productivity of nurses in the inpatient ward will easily be achieved if the nurses have a pleasant perception concerning their job. The nurses positive perception concerning their job is the source of work satisfaction that may increase their work motivation. This can be understood as an inner drive or the spirit of working.

This study is aimed at gaining information on the degree of nurses’work motivation and nurses’work satisfaction in the inpatient ward and to know whether or not there is a correlation between the two variables. This study belongs to descriptive correlational study with cross sectional approach. The instrument used in this study is questionnaire given to 55 nurses in the inpatient ward of BRSUD Kabupaten Batang. The data are processed and analyzed quantitatively using univariat and bivariat analysis. The Bivariat analysis uses Rank Spearman test. Significance is determined by p-value < 0.05.
The results of the study shows that sub variable of the nurses’ work motivation having significant correlation with the nurses’ work satisfaction is the motivation of power. This is shown by significance test where significance value (p-value is 0.029) < 0.05. This is probably because the respondents have the perception that working is a way to gain personal satisfaction by getting power and by using the power to ward others.
Increasing nurses’ work motivation and nurses’ work satisfaction can be understaken through the management of BRSUD Kabupaten Batang by giving job enrichment, enlarging participation and independence, rotation and appropriate placement according to their competence, giving freedom to serve patient and by acknowledgment and rewrd based on their achievement.

Key words : Work motivation, work satisfaction, and nurses' perception.

Selengkapnya....

Rabu, 14 Januari 2009

What is the HIV ?

HIV( Human Imunodeficiency Virus) It is a retrovirus, which uses its RNA and the host’s DNA to make viral DNA. It has a long incubation period (clinical latency).It consist of a cylindrical center surounded by sphere-shaped lipid envelope. The center consist of two single strands of ribonucleic acid (RNA).It causes severe damage to and eventually destroys immune system by utilizing the DNA of CD4 lymphocytes to replicate itself. In process, the virus destroys the CD4 lymphocytes

HIV lifecycle
Host cells infected with HIV have a very short lifespan, Therefor, HIV is continuously using new host cells to replicate itself.Up to 10 million individual viruses are produced daily, In the first 24 hours after exposure, the virus attack s or is captured by dendritic cells (type of phagocyte) in the mucous membranes and skin.Whithin five days of exposure, infected cells make their way to lymph nodes and eventually to the peripheral blood, where viral replication becomes very rapid.The five phases are : binding and entry, reverse transcription, replication, budding, and maturation.

Selengkapnya....

Jumat, 09 Januari 2009

Profesionalisme Perawat


Dalam suatu kesempatan saya teringat akan kata-kata seorang teman yang sekaligus juga dosen saya yaitu Edy Wuryanto ( Purek II Universitas Muhammadiyah Semarang / Unimus) yang mengatakan tentang Profesionalisme keperawatan, beliau mendefinisikan Profesionalisme keperawatan sebagai kontrak sosial antara elite profesi keperawatan dengan masyarakat. Masyarakat telah memberikan kepercayaan kepada perawat, maka perawat harus menjawab dengan memberikan standar kompetensi yang tinggi ,dan tanggungjawab moral yang baik.

Dari pernyataan mas Edy tersebut, saya mencoba menguraikannya satu persatu serta mengkompilasikan dengan berbagai sumber dan pendapat para tokoh.Dalam pernyataan tersebut ada kata kunci yang dapat saya ambil yaitu kontrak sosial.
Kontrak sosial dapat didefinisikan sebagai suatu persetujuan untuk mencapai sesuatu maksud atau tujuan antara 2 pihak atau lebih baik secara tertulis atau lisan. Dalam definisi kontrak social ini terkandung maksud adanya persetujuan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan tentu saja antara perawat dengan klien/keluarga penerima jasa layanan keperawatan. Lazimnya sebuah kontrak tentu saja ada isi pokok persetujuan dan dalam pelayanan keperawatan tentu saja adalah bentuk jasa yang ditawarkan oleh perawat kepada kliennya. Pelayanan seperti apa yang ditawarkan oleh perawat dan disetujui oleh klien,tentunya adalah pelayanan professional.
Gsianturi dalam tulisannya mengutip pernyataan Budi Sampurna, Pakar Hukum Kesehatan dari Universitas di Indonesia, mengemukakan bahwa setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat.
Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas. Beberapa ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap altruis (rela berkorban).

Kemampuan atau kompetensi, menurut Budi, diperoleh seorang profesional dari pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian izin.

Kewenangan itu, ungkap Budi, memang hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-masing.
Dijelaskan Budi, kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui.

Kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi (registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP.
Sedangkan kewenangan formal adalah izin yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.

Nah...jadi jelas sudah bahwa untuk dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kontrak sosial yang disepakati, maka diperlukan berbagai komponen baik yang berasal dari internal profesi keperawatan itu sendiri selaku penentu kompetensi maupun dari regulator (dalam hal ini pemerintah melalui Departemen Kesehatan) selaku pemberi kewenangan formal.

Pertanyaannya adalah sejauh manakah upaya pemerintah/ Depkes dalam melaksanakan fungsinya tersebut sehingga dapat menjamin terlaksananya PELAYANAN PROFESIONAL perawat kepada masyarakat ?

Selengkapnya....

KOMUNIKASI TERAPEUTIK SEBAGAI TANGGUNG JAWAB MORAL PERAWAT


Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam menciptakan hubungan antar manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Pelayanan kesehatan dimana profesi keperawatan menjadi sub sistemnya menempatkan komunikasi menjadi sesuatu yang lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
Pengamalan ilmu untuk menolong sesama memerlukan beberapa kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989).Demikian pula seorang perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih saying / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.


Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien,namun juga dapat mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik.
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan,sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka adalah memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.
Selain komunikasi verbal, adapula Komunikasi non-verbal yaitu pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata.Komunikasi model ini merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal.
Dalam konteks pelayanan kesehatan terutama diklinik atau rumah sakit dimana perawatlah yang selalu mendeteksi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan,maka perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang memntingkan dirinya sendiri.
Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa “human care” terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri, “Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memerlukan bantuan”. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian..


Selengkapnya....

Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien


Tinkah laku dan peranan seseorang merupakan suatu hal yang selalu mengikuti kemanapun dalam setiap kejadian kehidupan, bahkan tingkah laku dan peranan biasanya terjadi karena merupakan suatu respons terhadap keadaan tertentu. Demikian pula kejadian sakit dan penyakit telah memicu respons tingkah laku dan peran yang berbeda pada diri seseorang.
Mecahanic dan Volkhart(1961)mendefinisikan tingkah laku sakit sebagai suatu cara-cara dimana gejala-gejala ditanggapi, dievaluasi dan diperankan oleh seorang individu yang mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh yang kurang baik.

Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa peranan sakit dan peranan pasien.
Seorang dewasa yang bangun tidur dengan leher sakit menjalankan peranan sakit, maka ia harus memutuskan apakah ia akan minum aspirin dan mengharapkan kesembuhan atau memanggil dokter.
Namun demikian ini bukanlah tingkah laku sakit, hanya apabila penyakit itu telah didefinisikan secara cukup serius sehingga menyebabkan seseorang tersebut tidak dapat melakukan sebagaian atau seluruh peranana normalnya yang berarti mengurangi dan memberikan tuntutan tambahan atas tingkah laku peranan orang-orang di sekelilinngnya, maka barulah dikatakn bahwa seseorang itu melakukan peranan sakit.
Apabila kemudian dokter dihubungi dan si individu bertindak menurut instruksinya maka peranan pasien itu menjadi kenyataan.

Tingkah laku sakit, peranana sakit dan peranana pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor Seperti Kelas sosial, suku bangsa, dan budaya yang berlaku di suatu tempat.

Selengkapnya....

Selasa, 06 Januari 2009

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA TODDLER

Anak usia toddler ( 1 – 3 th ) mempunyai sistem control tubuh yang mulai membaik,hampir setiap organ mengalami maturitas maksimal.Pengalaman dan perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh lingkungandiluar keluarga terdekat,mereka mulai berinteraksi dengan teman,mengembangkan perilaku/moral secara simbolis,kemampuan berbahasa yang minimal.Sebagai sumber pelayanan kesehatan ,perawat berkepentingan untuk mengetahui konsep tumbuh kembang anak usia toddler guna memberikan asuhan keperawatan anak dengan optimal.

Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif,psikososial maupun spiritual ( Supartini, 2000). Anak usia toddler memiliki karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah pertumbuhan dan perkembangannya.
Pertumbuhan dan Perkembangan Biologis
Secara umum pertumbuhan baik dari segi berat maupun tinggi badan berjalan cukup stabil/ lambat.Rata-rata bertambah sekitar 2,3 kg /tahun,sedangkan tinggi badan bertambah sekitar 6 – 7 cm / tahun ( tungkai bawah lebih dominant untuk bertambah dibanding anggota tubuh lain ).Hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan stabil sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan dan stress,sehingga saat ini sudah bisa diajarkan toilet training .Pada fase ini perkembangan motorik sangat menonjol.
Perkembangan psikososial
Menurut Sigmund Freud, pada fase ini tergolong dalam fase Anal dimana pusat kesenangan anak pada perilaku menahan faeses bahkan kadangkala anak bermain-main dengan faesesnya. Anak belajar mengidentifikasi tentang perbedaan antara dirinya dengan orang lain disekitarnya. Konflik yang sering terjadi adalah adanya Oedipus complex atau katarsis yaitu dimana seorang anak laki-laki menyadari bahwa ayahnya lebih kuat dan lebih besar dibandingkan dirinya.sedangkan pada wanita disebut dengan Elektra complex.
Sedangkan Erickson menggolongkan tahap ini dalam fase Otonomi vs Guilt, ( inisiatif vs rasa malu dan bersalah ) Perkembangan ini berpusat pada kemampuan anak untuk mengontrol tubuh dan lingkungannya.
Adapun Piaget bahwa saat ini merupakan Fase Preoperasional dimana sifat egosentris sangat menonjol. Pada fase ini.sering ditemukan ketidakmampuan untuk menempatkan diri sendiri ditempat orang lain.
Kohlberg menggolongkan masa ini dalam Fase Konvensional ,Anak mulai belajar baik dan buruk,benar atau salah melaui budaya sebagai dasar peletakan nilai moral. Kohlberg menggolongkan fase ini dalam 3 tahap,yaitu Egosentris ,kebaikan seperti apa yang saya mau, tahap berikutnya adalah Oreintasi hukuman dan ketaatan,baik dan buruk sebagai konsekuensi tindakan, dan tahapan yang terakhir adalah Inisiatif,Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang menyenangkan dirinya.
Komunikasi, adanya rasa ingin tahu yang besar dan belum fasihnya kemampuan bahasa,sehingga pada saat memberikan penjelasan kepada anak toddler gunakanlah kata-kata yang sederhana dan singkat.
Anak usia toddler memiliki kebutuhan nutrisi yang tinggi karena mereka terus bergerak.kebutuhan nutrisi tiap anak sekitar 1800 kalori dan akan menurunpada setiap pertambahan usia sekitar 90 kkal/kg BB
Pengaruh permaianan sangatlah penting pada masa ini, yaitu berpengaruh dalam Perkembangan intelektual dimana dengan melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap alat permainan,mulai mengambangkan otonomi dalam permainan, dan belajar memecahkan masalah. Tak kalah penting pula pengaruh terhadap perkembangan moral, yaitu anak akan mempelajari nilai benar dan salah dalam permainan sehingga mereka dapat diterima lingkungannya.
Permainan yang tepat adalah solitary play ( 1 – 2 th ) dan parallel play ( 2 – 3 tahun )

Kecenderungan cedera, karakteristiknya yang tidak bisa diam ,penuh rasa ingin tahu sering menjadi penyebab cedera fatal bahkan sampai kematian apabila orang tua kurang waspada.

Selengkapnya....

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRASEKOLAH


Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm.

Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya.BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir.Frekuensi nadi dan pernafasan turun sedikit demi sedikit.
Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm,yang mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent ssudah dapat terjadi.

Sementara tidak jauh beda dalam segi perkembangan, kemampuan beberapa aspek vital anak mengalami peningkatan-peningkatan signifikan dari tahun ketahun, diantaranya adalah Aspek motorik :
Tahun ketiga
Anak mampu berdiri diatas satu kaki untuk beberapa detik,menaiki tangga dengan kaki bergantian,dan turun dengan dua kaki untuk melangkah,melompat panjang.Anak mampu menyusu balok menara 9-10 kotak.membangun jembatan dengan 3 kotak,mampu memasukkan biji-bijian kedalam kotak berleher sempit dengan benar dan dalam menggambar anak dapat meniru lingkaran dana silangan serta menyebutkannya.
Tahun keempat
Anak sudah dapat melompat dan meloncat dengan satu kaki,menangkap bola dengan tepat,berjalan mnuruni tangga dengan kaki bergantian.anak sudah mampu menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar mrngikutio garis,dapat memasang sepatu tetapi belum dapat mengikat talinya .
Tahun kelima
Pada tahun kelima sampai ke enam anak sudah mampu melompat dan meloncat pada kaki bergantian serta melempar dan menangkap bola dengan baik .Anak sudah mampu menggunakan gunting dan alat sederhana sepreti pensil dengan sangat baik,mampu mengikat tali sepatu,anak juga sidah mampu mencetak beberapa huruf,angka atau kata seperti nama panggilan.

Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jurang dari 900 kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6 sampai 8 kata,menyebut 4 warna atau lebih,dapat menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan bulan,anak juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus.

Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya sendiri,dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dank eras kepala atau tidak sabar,agresif secara fisik dan vweerbal,mendapat kebanggan dalam pencapaian,masih mempunyai banyak rasa takut.pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak,lebih tenang,mandiri,dapat dipercaya,lebih bertanggungjawab,mencoba untuk hidup berdasarkan outran,bersikap lebih baik,dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.

Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik dalam berfikir dan berperilaku,mulai memahami waktu,mengalami perbaikankonsep tentang ruang,dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda.
Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif,memahami waktu lebih baik,menilai sesuatu menurut dimensinya,penilaian muncul berdasarkan persepsi,egosentris mulai berkurang,kesadaran social lebih tinggi,mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah.
Pada akhir masa prasekolah anaka sudah mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak sangat ingin tahu tentang factual dunia.

Selengkapnya....

Memantapkan Kompetensi SDM Melalui Sertifikasi Menuju Organisasi Pelayanan Kesehatan Yang Kompetitif di Era Global

Seiring dengan kemajuan bidang IPTEK termasuk IPTEK Kedokteran dan Kesehatan serta munculnya iklim persaingan bebas dengan terbukanya pintu akses antar negara dengan diberlakukannya berbagai perjanjian yang menuju Globalisasi Dunia, maka akan semakin mudah masuknya berbagai tenaga ahli luar negeri dalam pasar pelayanan kesehatan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengantisipasi dampak negative dari globalisasi tersebut, maka kita harus selalu belajar dan meningkatkan kompetensi baik secara individu maupaun secara organisatoris ( Learning Organization ). Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka menciptakan Organisasi Pelayanan Kesehatan Yang Kompetitif di Era Global tersebut diantaranya adalah dengan memperhatikan hal-hal berikut ini :

A Regulasi Profesi
Regulasi profesi merupakan suatu system untuk mengatur bagaimana sebuah profesi dijalankan, dengan kata lain merupakan suatu tatanan dan proses pengendalian terhadap sebuah profesi dan pekerjaannya. Regulasi profesi bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap praktek profesi yang tidak aman, menjamin mutu pelayanan professional, memberitahukan kepada public tentang adanya pilihan jenis pelayanan, membantu pertumbuhan profesi, menyampaikan akuntabilitas, identitas dan status profesi serta untuk meningkatkan kesejahteraan sosio ekonomi profesi. Adapun fungsinya adalah untuk menetapkan peran dan tanggungjawab, proteksi pasar dalam negeri, serta untuk penetrasi pasar luar negeri.

B Kompetensi CEO Rumah Sakit
Keberhasilan dan masa depan organisasi tergantung kepada kompetensi yang dimiliki oleh CEO dan staff senior mereka.Termasuk dalam hal ini adalah rumah sakit, dimana rumah sakit merupakan organisasi yang paling kompleks. Rumah sakit memiliki interaksi antar berbagai profesi, sehingga konflik bukan merupakan kelainan yang terjadi di rumah sakit melainkan merupakan kharakteristik dari sebuah rumah sakit.Untuk mengelola hal yang demikian itulah diperlukan seorang manajer yang professional. Profesional merupakan hasil dari sebuah pendidikan khusus, memiliki standar dan etika profesi serta standar kompetensi. Demikian pula di rumah sakit diperlukan standar profesi manajemen termasuk standar kompetensi bagi berbagai jabatan majerial di RS termasuk CEO. Seorang manajer RS harus memiliki kompetensi yang merupakan gabungan dari hard skills dan soft skills, sehingga dapat memenuhi harapan dari stakeholders maupun bagi perkembangan organisasi rumah sakit itu sendiri. Seorang CEO harus mampu mengarahkan jenjang kompetensi dari para staff dan karyawannya sesuai dengan kapasitas masing-masing individu. Menurut Muki R, seorang CEO rumah sakitjuga memiliki tanggung gugat berupa pemahaman aspek hukum dalam bisnis rumah sakit, pengembangan staff dan unit secara teratur, dasar kebersamaan dalam pengelolaan, membina kepekaan tentang tugas masing-masing, membina budaya organisasi, serta mendorong keberanian dan percaya diri anggota organisasi.

C Tantangan dan Respon Manajer Kesehatan Pasca Sertifikasi Kompetensi
Dengan adanya perjanjian kerjasama ekonomi kearah perdagangan bebas baik dalam skala regional ASEAN ( AFTA, Berlaku tahun 2015 ) maupun skala Asia Pacific (APEC, berlaku tahun 2010 ) termasuk sector pelayanan kesehatan, maka para manajer pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan kompetensi tenaga professional yang dimiliki melalui sertifikasi kompetensi tenaga kesehatan untuk memenangkan persaingan yang akan dihadapi. Sertifikasi kompetensi tenaga kesehatan sangatlah penting untuk memenangkan persaingan yang akan dihadapi oleh Organisasi pelayanan kesehatan karena dengan sertifikasi dapat digunakan untuk menjaga diri terhadap serbuan asing, meningkatkan mutu layanan,efektifitas SDM, memudahkan desaian organisasi, serta menetapkan manajemen strategis.

D Berbagai Pengalaman Dalam mengelola SDM yang Siap Berkompetensi
Sebuah organisasi harus senantiasa siap menghadapi perubahan lingkungan agar senantiasa tetap bertahan dan memenangkan setiap persainagn yang timbul akibat adanya perubahan zaman. menurut Michael Hammer dan James Champy ( 1993 ) pada saat ini zaman sudah berubah menjadi : a) zaman Globalisasi ekonomi, b) zaman Tekhnologi Informasi, c) zaman Strategik Quality Manajemen, dan d) Zaman Revolusi Manajemen. Zaman tersebut berdampak kepada a) Customers memegang kendali, b) Competion -kompetisi semakin tajam, dan c) Change-perubahan lingkungan sangat cepat dan harus diantisipasi secara proaktif. Dalam mnghadapi era globalisasi dan tehnologi informasi tersebut, maka organisasi harus dapat menyesuaikan diri dengan jalan merubah paradigma bagi para penyelenggara organisasi. Hal ini sangatl;ah penting karena merukan pintu masuk dalam membangun budaya kerja yang kompetitif dan berkesinambungan. Membangun budaya kerja berarti membangun sumber daya manusia. Perubahan paradigma ini harus dilakukan oleh semua unit secara bersama – sama dengan menyepakati nilai dasar ( core value ) dan nilai keyakinan ( core believe ) yang meliputi : 1 Customers Value mindset 2 Continous improvement mindset 3 Opportunity mindset 4 Cross functional team mindset 5 Employee empowerment mindset

E Program Pelatihan dan Sertifikasi Kompetensi Manajer SDM
Adanya isu globalisasi dimana Indonesia terlibat didalamnya melalui berbagai pakta perjanjian kerjasamanya memungkinkan terjadinya persaingan bebas dalam segala aspek kehidupan ekonomi termasuk pelayanan kesehatan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan upaya “ Internal Strength “. Upaya dalam meningkatkan kekuatan dalam persaingan tersebut hanya dapat terwujud bila memiliki SDM yang kompeten. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa manusia ada didalam “ input – process – output “ selain itu SDM yang berkompeten juga berpotensi dalam “ hardware – software – brainware “. dengan mengelola kompetensi SDM secara menyeluruh akan menghasilkan manusia yang seimbang : 1 “ Intelligent competence “, manusia yang pandai / berakal. 2 “ Emotional competence “, manusia yang bijaksana. 3 “ Spiritual competence “, manusia yang beriman dan bertakwa. Diharapkan dengan dicapainya keseimbangan I-E-S tersebut motivasi kerja individu akan lebih optimal sehingga dapat berakselerasi maksimal dalam kinerja organisasi. Untuk itulah diperlukan suatu pendekatan manajemen berbasis kinerja ( Performance Management ) yang didefinisikan sebagai suatu proses pendekatan sistematik untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi dan kinerja seseorang maupun unit kerja dalam rangka meningkatkan secara keseluruhan efektivitas kinerja organisasi / perusahaan. Dalam rangka melaksanakan manajement berbasis kinerja tersebut diatas , maka diperlukan seorang manajer yang memiliki kompetensi untuk mengelola SDM secara menyeluruh pada institusi pelayanan seperti rumah sakit secara efektif, efisien dan bertanggung jawab. Bahwa dalam rangka mengantisipasi era globalisasi ekonomi dalam bidang pelayanan kesehatan sangat diperlukan seorang manajer yang memiliki kompetensi untuk mengelola SDM dalam menciptakan perubahan paradigma serta budaya kerja organisasi. Kompetensi ini dapat dibuktikan melalui sertifikasi dan uji kompetensi yang dilaksanakan oleh institusi yang berwenang
Untuk memperoleh manajer yang memiliki kompetensi dalam mengelola SDM ini diperlukan suatu pelatihan dan sertifikasi kompetensi manajer SDM.

Selengkapnya....

My First posting....Luarrr Biasaaa....

Luarrr biasaa...
Mungkin demikian kata para motivator dalam menggugah semangat kliennya...namun memang luar biasaaa.....ketika pada akhirnya saya bisa juga memiliki wahana tempat menyalurkan ekspresi, tempat berbagi dengan setiap orang tanpa batas, tempat introspeksi dan mengasah kemampuan diri.
Semoga Blog ini dapat memberikan manfaat...walaupun mungkin hanya untuk diri pribadi, syukur-syukur dapat dipetik hasilnya oleh orang lain...siapa saja dan dimanapun juga.


Blog ini saya maksudkan untuk tempat berbagi tentang informasi kesehatan pada umumnya dan dunia keperawatan pada khususnya...Hal ini tak lain dan tak bukan karena perawat merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan baik dalam tataran klinik, maupun dalam komunitas. Dengan perannya yang sangat vital dan strategis ini diharapkan perawat dapat memberikan sumbangsih dalam upaya peningkatan derajat kesehatan...Amien.
Silahkan beri komentar apapun demi kamajuan bersama...Terima kasih.

Selengkapnya....

Perkembangan Anak

Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan.
Ciri-ciri Perkembangan
Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang berkelanjutan, teratur dan saling terkait. Seperti halnya dengan pertumbuhan, perkembanganpun memiliki cirri-ciri tertentui sebagai suatu pola yang tetap walaupun variasinya sangat luas. Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain meliputi perkembangan system neuromuskuler, bicara, emosi dan sosial.kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia.

Ciri-ciri perkembangan tersebut adalah :
i Perkembangan melibatkan perubahan
Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan sistem reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan pada organ kelamin, perkembangan intelegensia menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh tertentu.
ii Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya
iii Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu :
(a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju kearah kaudal. Pola ini disebut sefalokaudal
(b) Perkembangan terjadi dahulu didaerah proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang kebagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. pola ini disebut proksimodistal.
iv Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya
v Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda. kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin berkembang pesat pada masa lainnya.
vi Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembanganpun demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.
c Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang normal, dan ini merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Faktor-faktor tersebut kita bagi dalam 2 golongan yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal).
i Faktor Internal
(a) Perbedaan ras/ etnik atau bangsa
Bila seseorang dilahirkan sebagai ras orang Eropa maka tidak mungkin ia memiliki ras orang Indonesia atau sebaliknya. tinggi badan tiap bangsa berlainan, pada umumnya ras orang kulit putih mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang dari ras orang Mongol.
(b) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang tinggi-tinggi dan ada keluarga yang gemuk-gemuk.
(c) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
(d) Jenis kelamin
Wanita lebih cepat dewasa disbanding anak laki-laki. pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki dan kemudian setelah melewati masa pubertas laki-laki akan lebih cepat.
(e) Kelainan genetik
Sebagai salah satu contoh : Achondroplasia yang menyebabkan dwarisme, sedangkan sindorma marlan terdapat pertumbuhan tinggi badan berlebihan.
(f) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
ii Faktor Eksternal
(a) Faktor Pranatal
(i) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
(ii) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.
(iii) Toksin/zat kimia
Aminopterin dan obat kontrasepsi dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoschizis.
(iv) Endokrin
Diabetus mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hyperplasia adrenal.
(v) Radiasi
paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata ,dan kelainan jantung.
(vi) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegallo virus, Herpes Simpleks), PMS (Penyakit menular seksual) serta penyakit virus lainnya dapat menyebabkan kelianan pada janin seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelianan jantung kongenital.
(vii) Kelainan Imunologi
Eritroblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin;kemudian melalui plasenta masuk kedalam peredaran darah janin dan akan mengakibatkan hemolisis yang selanjutnya menyebabkan hiperbilirubinemia dan kern icterus yang akan meyebabkan kerusakan otak.
(viii) Anoksia Embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
(ix) Psikologis ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/ kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
(b) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan aspiksia dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.
(c) Faktor Pasca Natal
(i) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
(ii) Penyakit kronis/ kelainan congenital
Tuberkulosis, anemia, kelianan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
(iii) Lingkungan fisis dan Kimia
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb,Mercuri,rokok dan lain-lain) mempunyai dampak yang negative terhadap pertumbuhan anak.
(iv) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. seorang anak yamg tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan megalami hambatan didalam pertumbuhan dan perkembangannya.
(v) Endokrin
Gangguan hormon misalnya pada penyakit hipertiroid akan meyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. Defisiensi hormon pertumbuhan akan meyebabkan anak menjadi kerdil.
(vi) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan mengahmbat pertumbuhan anak.
(vii) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
(viii) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluargam, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak, perlakuan ibu terhadap perilaku anak.
(ix) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap sususnan saraf pusat yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
2 Kebutuhan Dasar Tumbuh-Kembang
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara garis besar dikelompokkan kedalam 3 kelompok,yaitu :
a Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)
Yaitu kebutuhan akan :
i Nutrisi yang adekuat dan seimbang.
Nutrisi merupakan kebutuhan akan asuh yang terpenting. Nutrisi termasuk pembangun tubuh yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun-tahun pertama kehidupan dimana anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat terutama pertumbuhan otak.
Keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan otak.jadi dapat dikatakan bahwa nutrisi , selain mempengaruhi pertumbuhan juga mempengaruhi perkembangan otak.Kebutuhan akan energi pada anak untuk tumbuh kembang didapat dari nutrien-nutrien. Nutrien dapat dikelompokkan dalam 3 golongan,yaitu :
(a) Golongan pembangun
termasuk dalam golongan ini adalah protein baikk protein hewani maupun protein nabati. Kebutuhan akan protein kira-kira 2-3 gram/kg BB/ hari.
(b) Golongan sumber tenaga
Termasuk dalam golongan ini adalah karbohidrat, lemak,dan sebaginya. Misalnya beras, kentang, gandum, susu, ubi, singkong, maizena, dan sebagainya.
(c) Golongan pelindung
Termasuk dalam golongan ini adalah berbagai mikronutrien seperti besi, kalsium, seng, mangaan, dan sebagainya serta vitamin-vitamin dan air.
ii Perawatan kesehatan dasar
Kebutuhan perawatan kesehatan dasar yang turut mempengaruhi dalam faktor asuh disini adalah :
(a) Imunisasi
Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, misalnya TBC, Difteri, tetanus, Pertusis, Polio, Campak, Hepatitis B, dan sebagainya. Dengan melaksanakan imunisasi yang lengkap, maka kita harapkan dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang menimbulkan kesakitan dan kematian.
(b) Sebab Morbiditas
Diperlukan upaya deteksi dini, pengobatan dini dan tepat serta limitasi kecacatan. Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orangtua, yaitu dengan cara membawa anaknya yang sakit ketempat pelayanan kesehatan terdekat. Jangan sampai penyakit ditunggumenjadi parah, sebab bisa membahayakan jiwanya.
iii Pakaian
Pakian yang layak, bersih dan aman ( tidak mudah terbakar, tanpa pernik-pernik yang mudah menyebabkan anak kemasukan benda asing).
iv Perumahan
Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya, akan menjamin keselamatan dan kesehatan penghuninya. Misalnya ventilasi dan pencahayaan yang cukup, tidak penuh sesak, cukup leluasa untuk anak bermain, bebas polusi, maka akan menjamin tumbuh kembang anak.
v Higiene diri dan Sanitasi Lingkungan
Kebersihan perorangan maupun kebersihan lingkungan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahklan terjadinya penyakit-penyakit kulit dan saluran pencernaan seperti diare dan cacingan.
Sedangkan kebersihan lingkungan erat hubungannya dengan penyakit saluran pernafasan, saluran pencernaan, serta penyakit akibat nyamuk.
vi Kesegaran jasmani
(a) Kesegaran jasmnai seperti olahraga dan rekreasi memungkinkan anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
b Kebutuhan akan kasih sayang / emosi (asih)
Kebutuhan akan asih yaitu kebutuhan terhadap emosi yang meliputi :
i Kasih sayang orangtua
Kasih saying orangtua yang hidup rukun berbahagia dan sejahtera yang memberi bimbingan, perlindungan, perasaan aman kepada anak merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan anak untuk tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin.
ii Rasa aman
Seorang anak akan merasa diterima oleh orangtuannya bila ia merasa bahwa kepentingannya diperhatikan serta merasa ada hubungan yang erat antara ia dan keluarganya.
iii Harga diri
Seorang anaka ingin merasa bahwa ia mempunyai tempat dalam keluarga, keinginannya diperhatikan, apa yang dikatakannya ingin didengar orang tua, tidak diacuhkan.
iv Kebutuhan akan sukses
Setiap anak ingin merasa bahwa apa yang diharapkan olehnya dapat dilakukan, dan ia merasa sukses mencapai sesuatu yang diinginkan orang tua. janganlah anak dipaksa melakukan sesuatu diluar kemampuannya. Oleh besar kemungkinan ia gagal. Jika kegagalan terjadi berulang-ulang, ia akan merasa kecewa dan akhirnya merasa kehilangan kepercayaan dirinya. ia merasa rendah diri dari pergaulan dengan teman-temannya.
v Mandiri
Kemandirian pada anak hendaknya selalu didasarkan pada perkembangan anak. Apabila orang tua masih menuntut anaknya mandiri yang melampaui kemampuannya, maka anak dapat menjadi tertekan. Anak masih memerlukan bantuan untuk belajar mandiri, belajar untuk memahami persoalan, memahami apa yang harus diperhatikan dan kesemuaya itu memerlukan waktu.
vi Dorongan
Anak membutuhkan dorongan dari orang-orang sekelilingnya apabila takmampu menghadapi situasi/masalah. Tentu saja dorongan yang diberikan bukan merupakan bantuan seutuhnya sehingga anak tinggal menerima jadi, tetapi dapat berupa langkah-langkah yang dapat diambil memberi semangat bahwa dia dahulu dapat mengatasi dengan baik, dan sebagainya. dengan demikian anak merasa dapat dorongan dan mempunyai semangat untuk mnghadapi situasi-situasi atau masalah.
vii Kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman
Anak-anak membutuhkan dorongan orang tua dan orang-orang disekelilingnya dengan memberikan kesempatan dan pengalaman dalam mengembangkan sifat-sifat bawaannya. Apabila anak menerima hasil tanpa usaha, anak justru tidak senang. Dia ingin diberi kesempatan menunjukkan kemampuan dan ingin mempunyai pengalaman.
viii Rasa memiliki
Kebutuhan anaka akan rasa memiliki sesuatu (betapapun kecilnya) harus diperhatikan. Semua benda-benda miliknya yang dianggap berharga harus dapat dia miliki sendiri (bagi orang tua barang-barang tersebut tidak berharga sama sekali). Orang tua harus dapat memberikan “rasa memiliki” pada anak. Penghargaan orang tua pada benda milik anak sangat diperlukan anak.
c Kebutuhan latihan/rangsangan/bermain (asah)
Kebutuhan ini merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak. yang dimaksud dengan stimulasi disini adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak antara lain berupa latihan dan bermain. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang sangat banyak mendapat stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Stimulasi harus dilaksanakan dengan penuh perhatian dan kasih sayang.
Stimulasi mental akan menunjang perkembangan mental psikososial, anatara lain sifat agamis moral etika, budi luhur, kepribadian mantap, kecerdasan (kognitif, emosi-sosial, spiritual dan sebagainya), kemandirian, kreativitas, ketrampilan, produktivitas dan sebagainya.

Soetjiningsih.Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.1995

Selengkapnya....

Asuhan Keperawatan Anak dengan Asthma

Asma ialah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupoa serangan asma. Kelainan yang didapatkan ialah : 1. otot bronkus akan mengkerut (terjadi penyempitan). 2. selaput lendir bronkus edema. 3. produksi lendir makin banyak, lengket dan kental sehingga ketiga hal tersebut menyebabkan saluran lobang bronkus menjadi sempit dan anak akan batuk bahkan dapat sampai sesak napas.. serangan demikian dapat hilang sendiri atau hilang dengan pertolongan obat Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1996, penyakit-penyakit yang menyebabkan sesak napas seperti bronchitis, emfisema dan asma merupakan penyebab kematian ke-7 di Indonesia.

WHO memperkirakan antara 100-150 juta penduduk di dunia penyandang asma dan diperkirakan jumlahnya terus bertambah sekitar 180.000 setiap tahunnya. Asma terdapat dan tersebar di seluruh tempat di dunia dengan kekerapan yang bervariasi. Kekerapan yang paling tinggi ditemukan di negara-negara Anglo-Saxon yakni 17-20%. Di Indonesia belum ada survei nasional, tetapi penelitian yang dilakukan oleh beberapa institusi menunjukkan kekerapan antara 2-7%. ( 2 ) Sumber lain mengatakan kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asthma. Di Indonesia belum ada penyelidikan yang menyeluruh tetapi diperkirakan berkisar antara 5-10%. Di Poliklinik Subbagian Paru Anak FKUI/RSCM Jakarta lebih dari 50 % kunjungan merupakan pasien asma. Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan utama ialah reaksi berlebihan dari trakea dan brokus (hiperreaktivitas bronkus), yang belum jelas diketahui penyebabnya. Diduga karena adanya hambatan dari sebagian sistem adrenergik, kurangnya enzim adenilsiklase dan meningginya tonus sistem parasimpatik, sehingga mudah terjadinya kelebihan tonus parasimpatik kalau ada rangsangan yang menyebabkan terjadinya spasme bronkus. Banyak faktor yang ikut menentukan derajat kreativitas atau iritabilitas tersebut diantaranya faktor genetic, biokimiawi, saraf autonom, imunologis, infeksi, endokrin, faktor psikologis. Oleh karana itu, asma disebut penyakit yang multifaktoral Dengan melihat fakta dan kondisi yang ada,maka perlu adanya sosialisasi dan suatu tindakan nyata dari para petugas kesehatan di Indonesia.Perawat sebagai salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan di Indonesia memiliki satu kewajiban moral dalam mncegah terjadinya mortalitas akibat ketidaktahuan masyarakat dalam merawat anak dengan asthma. Asuhan keperawatan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat yang bersifat siklik dan berkesinambungan dalam upayanya menolong masalah ataupun meningkatkan derajat kesehatan kliennya,begitu pula halnya dalam menangani klien anak dengan asma. Diagnosa keperawatan pada klien anak dengan asma berdasarkan pengkajian yang mungkin ditemukan pada anak dengan asma dapat berupa : a Resiko asfiksia berhubungan dengan interaksi antara individu dan allergen b Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan respons alergenik dan inflamasi pada percabangan bronchial c Intoleransia aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen d Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit kronis e Resiko kekurangan volume aciran berhubungan dengan kesulitan meminum cairan,kehilangan cairan tak kasat mata akibat hyperventilasi dan diaforesis Tahap berikutnya adalah perencanaan hasil dan intervensi keperawatan yang rasional pada klien anak dengan asma,diantaranya : a Untuk mencegah terjadinya resiko asfiksia berhubungan dengan interaksi antara individu dan allergen,dapat direncanakan intervensi,dimana hasil yang diharapkan adalah : 1) Keluarga melakukan setiap upaya untuk menghilangkan / menghindari setiap faktor pencetus 2) Anak / keluarga mampu mendeteksi tanda ancaman spisode secara dini dan mengimplementasikan tindakan yang tepat 3) Anak / keluarga mampu memberikan obat dan peralatan lain. b Untuk mengatasi masalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan respons alergenik dan inflamasi pada percabangan bronchial dapat direncanakan bebarapa intervensi dengan hasil yang diharapkan adalah : 1) Anak dapat bernafas dengan mudah dan tanpa dispnea 2) Anak menunjukkan kapasitas ventilasi yang baik 3) Anak dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan c Untuk mengatasi masalah Intoleransia aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen dapat direncanakan bebarapa intervensi dengan hasil yang diharapkan adalah : 1) Anak dapat aktivitas sesuai kemampuan 2) Anak tampak segar d Untuk mengatasi masalah Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit kronis dapat direncanakan bebarapa intervensi dengan hasil yang diharapkan adalah : Keluarga mampu menghadapi gejala dan efek penyakit serta memberikan lingkungan yang normal untuk anak Setelah ditentukan alternative tindakan yang rasional,maka tugas selanjutnya adalah melaksanakan rencana tindakan tersebut.hal-hal yang perlu diingat dalam pelaksanakan tindakan : a Usahakan dalam setiap tindakan selalu melibatkan partisipasi aktif dari anak dan keluarga sebagai upaya pembelajaran dalam menangani maslah yang dialami ,hal ini dikarenakan pada sebagian asma akan terjadi suatu serangan episode dan ulangan sewaktu-waktu. b Dalam melaksanakan tindakan harus selalu mengawasi tanda-tanda pernafasan secara teliti ,hal ini dikarenakan seringkali pada anak dengan asma berat gejala sesak naas tidak jelas terlihat. Akhir dari rangkaian asuhan keperawatan adalah evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan berdasarkan hasil-hasil yang telah direncanakan.dalam mengevaluasi hasil intervensi pada klien anak dengan asma ,selain evaluasi dari tindakan actual perawat ,perlu diperhatikan juga kemampuan –kemampuan partisipasi anak dan keluarga dalam mencegah dan merawat anak terkait dengan serangan asma. DAFTAR PUSTAKA Ngastiyah,Perawatan Anak Sakit,Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta,1997http://www.depkes.go.id,Asma banyak Menyerang anak-anak,Mei 2003.http://www.republika.co.id,Diagnosa dari riwayat asma,Mei 2004.Wong and wallay,Clinical manual of pediatric Nursing,5 th ed,Mosby,2000Smeltzer,suzanne C dan Bare,Brenda G,Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner dan Suddarth,Penerbit Buku kedokteran EGC,Jakarta,2001. .

Selengkapnya....
Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template